Berjabat Tangan Mesra antara Syeikh Al-Azhar dan Presiden Israel, Melukai Hati Kaum Muslim Dunia
Jurucakap Al-Ikhwan di Majlis Rakyat Mesir, Hamdi Hasan, mendesak untuk meminggirkan Tantawi, berkaitan “jabat tangan mesra” antara Syeikh Al-Azhar Mommahad Sayid Tantawi dengan Presiden Israel Shimon Peres. Jabat tangan dengan senyuman lebar itu berlaku di dalam Seminar Dialog Antara Agama yang diadakan oleh PBB lalu.
Hassan berkata di parlemen, “Apa yang dilakukan itu sebagai penghinaan yang mendalam bagi Mesir, Arab dan Islam dan para syuhada ketika Ghaza terkepung ditutup oleh sekatan Israel dari semua laluan.”
Dalam pernyataannya mereka mengatakan bahwa jabat tangan yang akrab ini terjadi ketika Genting Gaza disekat, sambil tersenyum penuh keakraban yang menyebabkan dirinya dan sebagian besar negara Mesir terkejut. Ketika dia diharapkan mendatangkan fatwa untuk mendukung kaum Muslim yang terperangkap di Gaza dan berdiri di depan Al-Azhar untuk mendesak kaum Muslim mendukung keluarga dan saudara-saudara mereka di Palestin. tetapi sebaliknya yang terjadi amat melukai umat Islam.
Syeikh Tantawi diminta untuk meminta maaf kepada semua kaum Muslim atas jabat tangan yang tak dapat diterima tersebut. Bukan hanya sebatas melalui kata-kata, tetapi secara serius berada dalam posisi mendukung masyarakat Palestin yang terkepung.
Ulama yang Memalukan
Agenda pertemuan Dialog antara Agama, Budaya dan Peradaban yang diadakan di PBB tersebut dianjurkan atas inisiatif Raja Abdullah bin Abdul Aziz, berakhir pada tanggal 17/11/08. Seminar ini seolah-olah sebagai pertemuan normalisasi (hubungan Israel-Palestin), di mana Presiden Israel, Simon Perez memuji Raja Abdullah bin Abdul Aziz, dengan mengatakan:
“Yang Mulia, Raja Kerajaan Arab Saudi, saya telah mendengar dengan saksama isi surat Anda. Saya berharap suara Andalah yang akan memimpin semua bangsa di seluruh kawasan tersebut. Sebab, suara ini benar. Dan, memang ada keperluan ke arah sana. Itu juga merupakan janji.”
Sementara itu Hizbut Tahrir di dalam laman web rasmi mereka mangatakan, “Inilah yang diinginkan oleh para penguasa hina dan aib dalam seminar mereka ini. Mengumumkan berakhirnya perang agama, benturan peradaban, normalisasi hubungan, persamaan Islam dengan agama-agama yang menyimpang, menghormati hukum antarabangsa dan menyelesaikan konflik Palestin-Israel dengan prinsip Barat.“
Terkait dengan sikap ulama mereka mengatakan, “Sesungguhnya para ulama’ agung kaum Muslim di masa lalu tidak popular dan dikenal hingga saat ini, karena kedalaman ilmu dan kefakihan mereka, sebab ulama’ dan fuqaha’ pada zaman mereka sangatlah banyak. Namun, para ulama’ agung kaum Muslim di masa lalu popular dan dikenal hingga saat ini karena sikap mereka, serta perlawanan mereka terhadap berbagai problematika utama yang mereka hadapai pada zamannya.”
“Di manakah ulama’ agung kaum Muslim saat ini? Di manakah kalian, ketika menghadapi problematika utama umat? Di manakah posisi kalian dalam konteks kenyataan Imam al-Ghazali: “Rosaknya rakyat, karena rosaknya para penguasanya. Rosaknya para penguasa, karena rosaknya para ulama’,” tanyanya.
Sumber: Syabab.com