Hizbut Tahrir Indonesia adakan demonstrasi serentak “Bersihkan Indonesia dari Pornografi-Pornoaksi

Ribuan aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di berbagai daerah di Indonesia serentak mengadakan demonstrasi aman (masirah) mendesak “Bersihkan Indonesia dari Pornografi-Pornoaksi dengan Syariah”, pada hari Ahad (26/10/08). Masirah HTI tersebut diadakan di antaranya di Medan, Yogyakarta, Banjarmasin dan Makassar.

Di Medan Sumatera Utara, masirah HTI dimulai sejak pagi di Lapangan Merdeka Medan. Aktivis HTI kemudian berjalan kaki sambil membawa sejumlah sepanduk dan poster, di antaranya tertera slogan “Bersihkan Indonesia dari Pornografi & Pornoaksi dengan Syariah”, “Syariah Membersihkan Ponografi Pornoaksi”, “Kapitalisme Liberalisme Dalang Kemaksiatan” dan “Khilafah Melindungi Umat dari Pornografi Pornoaksi”.

Seruan yang sama juga disampaikan HTI Yogyakarta. Para aktivis HTI ini mengkritik isi Rang Undang-Undang (RUU) Pornografi dan Pornoaksi yang masih dibicarakan di Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Mengikut mereka, RUU itu belum boleh dijadikan landasan untuk membanteras pornografi dan pornoaksi hingga ke akar umbi.

Masirah diadakan oleh sejumlah peserta HTI Yogyakarta di kawasan Malioboro hingga perempatan Pejabat Pos Besar. Uniknya, peserta membawa dua ekor kambing bertuliskan slogan “Mbeek…Sopo Wudo Neng Dalan Podo Karo Aku” (bahasa jawa yang bermaksud “Mbek…siapa telanjang di jalan sama seperti aku”). Menurut peserta demonstrasi, dua kambing tersebut menggambarkan ketelanjangan manusia yang boleh disamakan dengan perilaku binatang.

Para orator secara bergantian menegaskan bahawa pornografi dan pornoaksi menjadi salah satu penyebab kepada musnahnya akhlak rakyat Indonesia khususnya generasi muda. Oleh itu, ia harus dibanteras dan dibersihkan, bukannya justeru dijadikan komoditi baik ekonomi, budaya apalagi politik. Agama mana pun pasti sepakat bahawa kesan pornografi dan pornoaksi pasti akan merugikan masa depan kaum masing-masing.

Dalam masirah tersebut, Hizbut Tahrir Indonesia juga menegaskan bahawa hanya dengan meninggalkan sekular-kapitalis-liberalis dan menggantikannya dengan syariah Islam, barulah pornografi dan pornoaksi akan hilang.

Di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, ribuan warga kota Banjarmasin yang diselenggarakan DPD II HTI Kota Banjarmasin juga mengadakan masirah dengan tema yang sama.

“Pengesahan RUU Pornografi-Pornoaksi ini memang sudah lama dinantikan. Harapan kita, dengan disahkannya RUU itu menjadi Undang-Undang, maka pornografi yang sudah terlanjur sedemikian maraknya di negeri ini boleh dihapuskan. Akan tetapi, bila dicermati, harapan itu agaknya tidak secara automatik boleh tercapai karena ternyata peruntukan dalam RUU tersebut banyak mengandung kelemahan,” kata Hidayatul Akbar, selaku jurucakap HTI Kalimantan Selatan, semalam.

Menurut Hidayat, RUU tersebut mengandung kelemahan mengenai ‘batasan pornografi’ pada Fasal 1 ayat 1. Kemudian, ada kerancuan antara pornografi yang dilarang dan yang dibolehkan, iaitu pada Fasal 13 ayat 1. Bahkan, beberapa bahagiannya, Fasal 13 ayat 2, boleh dianggap memberi jalan bagi berkembangnya pornografi itu sendiri.

“Jadi, alih-alih pornografi akan lenyap dengan terbitnya Undang-Undang Pornografi ini, malah mungkin pornografi dan pornoaksi akan berkembang dengan berlindung pada diktum kebolehan pornografi di tempat dan cara khusus atau atas nama seni dan budaya,” ujarnya.

Masirah diikuti oleh pelbagai kalangan dewasa, muda, kanak-kanak hingga warga emas, laki-laki mahupun wanita. Mereka menyuarakan syariah dan Khilafah sebagai solusi yang dianggap terbaik untuk mengatasi terus maraknya pornografi dan pornoaksi kebelakangan ini. Meski diikuti banyak peserta dengan jalan yang cukup jauh, masirah berjalan dengan tertib.

Masirah yang serupa juga diadakan di kota Makassar, Sulawesi Selatan. Selesai mengadakan ‘halal bi halal’ di Gedung Kartini, kaum Muslimin yang dipimpin HTI Sulawesi Selatan melanjutkan agendanya untuk mengadakan aksi menentang pornografi dan pornoaksi di Indonesia. Selesai solat zuhur berjemaah di Masjid Raya Makassar, peserta melakukan ‘long march’ menuju Masjid Al-Markaz al-Islami Makassar.

Secara bergantian, beberapa orator mendesak agar pornografi dan pornoaksi dibersihkan dari bumi Indonesia. Mereka menawarkan bahawa hanya pelaksanaan syariah sahajalah yang dapat membersihkan pornografi dan pornoaksi. Sementara Khilafah akan melindungi umat dari pornografi dan pornoaksi.

“Seharusnya negara tidak boleh kalah dengan ponografi, dan syariat Islam dapat membebaskan Indonesia dari ponografi dan pornoaksi,” ujar Humas HTI Sulawesi Selatan, Hasanuddin Rasyid setelah selesai pembacaan pernyataan sikap HTI di hadapan orang ramai.