Konsisten Dalam Kebenaran – Bhg. 1
Pengembang dakwah ada kalanya pula berada di dalam Darul Islam (Daulah Islamiyah). Mereka aktif melakukan muhasabah (melakukan teguran dan nasihat) dan amar makruf nahi mungkar. Fokus yang menjadi perbahasan pada saat ini adalah situasi yang pertama, iaitu ketika pengembang dakwah berada di negara kufur (Darul Kufur). Ini kerana, pada saat ini kaum Muslim umumnya dan pengembang dakwah khususnya, sedang hidup di dalam negara kufur. Para pengembang dakwah yang akan melakukan perubahan secara mendasar pada saat ini, keadaannya sama seperti dengan keadaan kaum Muslim ketika berada di Makkah. Bahkan lebih dari itu, kaum Muslim pada saat ini juga harus terikat dengan hukum-hukum yang telah diturunkan setelah hijrah. Namun, pembahasan pada bab ini akan kami fokuskan pada keadaan yang terjadi sebelum hijrah, kerana ada kesamaan antara dua keadaan tersebut. Kaum Kafir di Makkah telah memaksa kaum Muslim agar mengingkari ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW dan keluar dari Islam menuju kekufuran. Mereka turut menuntut agar kaum Muslim pada masa itu meninggalkan aktiviti mengembang dakwah Islam, dan supaya mereka tidak menampakkan ibadahnya di khalayak ramai.
Tindakan seperti ini dilakukan pula oleh para pemerintah zalim saat ini. Bahkan lebih dari itu, para pemerintah tersebut juga meminta para pengembang dakwah untuk bekerjasama dengan mereka, sama ada menjadi pengintip atau menjadi agen pemikiran (amilan fikriyan) yang mempropagandakan berbagai pemikiran untuk memenuhi kepentingan pemerintah yang zalim. Kewujudan pemerintah semacam ini dan dominasi kaum kafir telah berlangsung terlalu lama di negeri-negeri kaum Muslimin. Akibatnya, lahirlah “pasukan” pengintip dan tali barut di dalam bidang pemikiran, serta para mufti (yang sedia berfatwa) sesuai dengan permintaan (pemerintah zalim). Kami tidak tahu, apakah tuntutan busuk seperti ini, pernah digunakan oleh kaum Quraisy atau tidak pada waktu dahulu? Untuk merealisasikan tuntutan-tuntutan tersebut, kaum kafir Makkah telah menggunakan berbagai cara (uslub), seperti pembunuhan, penyeksaan, penindasan, penahanan, mengikat, menghalangi hijrah, mengambil harta, perang ekonomi, pemboikotan, dan membuat stigma negatif dengan mempropagandakan tuduhan-tuduhan dusta. Para pemerintah zalim (saat ini) juga telah menggunakan taktik seperti itu, bahkan lebih jahat dari itu. Mereka menggunakan berbagai bentuk seksaan dan penemuan baru, seperti menggunakan kejutan elektrik. Meskipun alat itu sepatutnya digunakan dalam sektor industri. Sementara Rasulullah SAW dan para sahabat mempunyai sikap yang wajib diteladani dan diikuti. Penjelasan umum ini memerlukan perincian, baik tentang tuntutan, uslub, mahupun sikap yang harus diambil ketika menghadapinya. Beberapa uslub yang pernah digunakan oleh kafir Makkah adalah:
Penyeksaan (Pemukulan)
Al-Hakim dalam al-Mustadrak telah mengeluarkan sebuah hadis, ia berkata, “Hadis ini shahih isnadnya memenuhi syarat Muslim, dan Imam Muslim pun menyetujui hadis ini dalam al- Talkhish.” Dari Anas ra ia berkata:
“Kafir Quraisy telah memukul Rasullullah SAW sehingga baginda pengsan. Kemudian Abu Bakar ra. berdiri dan berteriak, “Binasa kalian! Apakah kalian akan membunuh orang yang mengatakan, ‘Tuhanku adalah Allah?’ Mereka berkata, “Siapa orang ini?.” Mereka berkata lagi, “Orang ini adalah anak Abi Kuhafah yang gila.”
Muslim telah mengeluarkan dari Abu Dzar tentang kisah keislamannya, ia berkata:
“Aku telah tiba di Makkah. Aku melihat seorang lelaki yang paling lemah di antara mereka. Aku bertanya, “Mana yang kalian sebut dengan nama ash-Shabi’?”. Dia pun memberi isyarat padaku, seraya berkata: ash-Shabi’. Maka, penduduk lembah itu pun mengarah kepadaku (dengan berlumuran lumpur kering dan (membawa) tulang) sehingga aku pun terpelanting jatuh (tak sedarkan diri). Abu Dzar berkata, “Ketika aku bangkit, sungguh aku seperti berhala yang berlumuran darah.”
Mengikat
Al-Bukhari meriwayatkan dari Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail dari Masjid Kufah, ia berkata:
“Demi Allah, aku melihat diriku sendiri, ketika Umar telah mengikatku kerana keIslamanku, sebelum dia masuk Islam. Seandainya gunung Uhud hilang dari tempatnya, disebabkan oleh apa yang kalian lakukan terhadap Utsman, pasti dia pun akan tetap konsisten seperti itu. Dalam riwayat al-Hakim dikatakan, “Ia mengikatku dan ibuku.” Ia berkata, “Hadis ini shahih memenuhi syarat Muslim.”
Tekanan dari Ibu
Ibnu Hibban meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya dari Mus’ab bin Sa’ad dari ayahnya, berkata, Berkata Ummu Sa’ad, “Bukankah Allah telah memerintahkanmu untuk berbuat baik kepada orang tua? Demi Allah, aku tidak akan makan dan tidak akan minum hingga aku mati atau engkau kufur (dari agama Muhammad).” Sa’ad berkata, “Jika mereka hendak memberi makan kepadanya, maka mereka membuka mulutnya dengan paksa.” Kemudian turunlah ayat:
“Dan Aku telah memerintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuannya.” [TMQ. al-Ankabut (29): 8]
Dijemur di Bawah Terik Matahari
Dari Abdullah, ia berkata, “Sesungguhnya yang pertama kali menampakkan keIslamannya ada tujuh orang, iaitu Rasulullah SAW, maka Allah memberikan perlindungan kepada baginda melalui pakciknya, Abu Thalib. Kemudian Abu Bakar, maka Allah melindunginya dengan kaumnya. Sedangkan yang lainnya, mereka diseksa oleh kaum Musyrik. Mereka dipaksa memakai baju besi, kemudian dijemur di bawah terik matahari. Maka tidak ada seorang pun kecuali melakukan apa yang diinginkan oleh kafir Quraisy, kecuali Bilal. Kerana ia telah mampu menundukkan perasaannya kerana Allah semata. Hingga ia menganggap ringan terhadap seksaan dari tuannya. Akibatnya mereka semakin marah dan menyuruh orang-orang Quraisy untuk mengarak Bilal di lembah-lembah Makkah. Ketika itu Bilal mengatakan, ‘Ahad-Ahad’ (HR. al-Hakim dalam al- Mustadrak. Ia berkata, “Hadis ini shahih isnadnya, meski tidak dikeluarkan oleh al-Bukhari Muslim.” Dalam at- Tarikh, adz-Dzahabi menyetujuinya).
Juga diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya. Ia menyebutkan ketujuh orang tersebut. Ia berkata, “Tidak seorang pun kecuali menuruti keinginan kafir Quraisy”, Maksudnya berjanji kepada mereka, tapi dalam riwayat ini terdapat tashif. Asalnya “wa atahum” bermaksud “thawa’ahum” ertinya ia mengikuti keinginan kafir Quraisy, bukan berjanji, kerana mereka tidak akan redha dengan sekadar janji.