Konsisten Dalam Kebenaran – Bhg. 4
Kemudian Utbah menahan mulut Rasulullah SAW dan memohon belas kasihan Rasul SAW agar berhenti daripada membacakan al-Quran. Sejak peristiwa itu, Utbah tidak lagi menemui keluarganya dan menahan diri dari mereka. Abu Jahal berkata, “Wahai kaum Quraisy, demi Allah, kami tidak melihat Utbah kecuali telah keluar daripada agama kita untuk memeluk agama Muhammad. Dia tertarik dengan kata-kata Muhammad. Semua itu tidak akan terjadi tanpa ada sesuatu yang menimpanya. Marilah kita berangkat bersama-sama menemuinya.” Lalu mereka berangkat menemui Utbah. Abu Jahal berkata, “Wahai Utbah, demi Allah, kami tidak takut kecuali jika engkau memihak kepada Muhammad, dan engkau tertarik dengan urusan Muhammad. Jika engkau menginginkan sesuatu yang berharga, maka kami akan mengumpulkan harta kami untukmu yang dapat memuaskan dirimu berbanding apa yang diberikan oleh Muhammad.”
Mendengar hal itu Utbah marah dan bersumpah dengan nama Allah bahawa dia tidak akan berbicara dengan Muhammad untuk selama-lamanya.” Utbah berkata, “Kalian telah mengetahui bahawa aku adalah orang Quraisy yang paling banyak hartanya. Tetapi sungguh, aku telah datang kepada Muhammad.” Kemudian Utbah menceritakan kisahnya kepada mereka dengan berkata, “Kemudian Muhammad menjawabku dengan sesuatu perkataan. Demi Allah, itu bukan sihir, syair, dan perdukunan; dia (Muhammad) membacakan: Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Haa Miim.
Kemudian aku menahan mulutnya dan memohon kasih sayangnya agar berhenti membacakan al-Quran. Sungguh, kalian telah mengetahui bahawa jika Muhammad mengatakan sesuatu, maka dia tidak akan berdusta. Aku sangat khuatir akan turun seksa kepada kalian.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Muin yang berbeda dengan Riwayat Ibnu Ishak dari Muhammad bin Ka’ab al-Qurdzi, yang dalam riwayat itu terdapat Rawi yang majhul, dan diceritakan dalam Sirah Ibnu Hisyam)
Mencaci-maki
Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan dari Abdurrahman bin Auf ia berkata; ketika kami bediri di barisan perang Badar, aku melihat ke kanan dan kiriku, tiba-tiba aku melihat dua orang anak muda dari kaum Anshar. Aku berharap agar aku berada di samping keduanya. Kemudian salah seorang dari keduanya memegangku dan berkata, “Wahai pakcik, adakah engkau mengenal Abu jahal?” Aku berkata, “Ya, Apa yang engkau mahukan daripadanya wahai anakku?” Dia berkata, “Aku mendapat khabar bahawa dia telah mencaci maki Rasulullah SAW.
Demi Allah yang menggenggam jiwaku, apabila aku melihatnya maka tidak akan berpisah pakaianku dan pakaiannya sehingga matilah yang paling cepat di antara kami.” Maka aku sangat kagum terhadap anak itu. Kemudian anak yang kedua pun memegangku dan berkata seperti anak yang pertama. Imam Bukhari dan Muslim juga telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. tentang firman Allah: Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam solatmu dan janganlah pula merendahkannya (TMQ. al-Isra’ [17]: 110) Ibnu Abbas berkata ayat ini diturunkan ketika Rasulullah SAW sedang berdakwah secara sembunyi-sembunyi (sirriyah) di Makkah. Rasulullah SAW. Ketika solat bersama para sahabat, suka mengeraskan suaranya ketika membaca al-Quran. Jika orang-orang musyrik mendengarnya, maka mereka akan mencaci maki al-Quran, Dzat yang menurunkannya serta orang yang membawanya. Allah berfirman kepada RasulNya:
Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya. (TMQ. al-Isra’ [17]: 110)
Maksudnya, jangan mengeraskan bacaan sehingga didengar oleh orang-orang musyrik, yang mengakibatkan mereka akan mencaci maki al-Quran. Maksud dari firman Allah “wala tukhafit biha” adalah jangan menyembunyikan bacaan solatmu dari sahabatmu, sehingga mereka tidak dapat mendengar, Tapi carilah yang pertengahan di antara hal itu.
Imam Ahmad telah meriwayatkan dalam al-Musnad, para perawinya terpercaya, dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, beliau bersabda:
Apakah kalian tidak melihat bagaimana Allah memalingkan dariku kutukan kaum Quraisy, dan caci maki mereka. Mereka mencaci makiku sambil mencela, padahal aku adalah Muhammad. Dalam hadits Mutafaq ‘alaih, Ibnu Abbas berkata, ketika turun firman Allah: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, (TMQ. Asy-Syu’ara [26]: 214) Rasulullah SAW. keluar sehingga naik ke bukit Shafa, kemudian beteriak, “Hai selamat pagi!” Kaum Quraisy berkata, “Siapa yang berteriak itu?.” Mereka berkata, “Ia adalah Muhammad.” Kemudian mereka berkumpul menujunya.
Beliau bersabda: Bagaimana pendapat kalian jika aku kabarkan bahawa saat ini ada pasukan kuda yang keluar dari belakang bukit ini, apakah kalian akan mempercayaiku? Mereka berkata, “Kami tidak pernah melihat engkau berdusta.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan bagi kalian, bahawa di hadapanku ada seksa yang sangat keras.” Abu Lahab berkata, “Celaka engkau Muhammad, adakah hanya untuk ini engkau mengumpulkan kami?” Kemudian turunlah firman Allah, surat al-Lahab [111]: 1, “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.” Ath-Thabrani telah mengeluarkan dari Manbats al-Azdi, ia berkata; Aku melihat Rasulullah SAW. di masa jahiliyah, ia bersabda, “Wahai manusia, katakan “Tiada tuhan selain Allah”, pasti kalian berbahagia”.
Setelah itu kaum Quraisy ada yang meludahi wajah Rasul SAW. Dan ada pula yang menaburkan tanah ke wajahnya, dan ada yang mencaci maki sehingga ke tengah hari. Kemudian ada seorang anak wanita yang datang kepada Rasulullah SAW. membawa wadah yang cukup besar yang dipenuhi air, lalu beliau membasuh wajah dan kedua tangannya. Rasulullah SAW. bersabda, “Engkau jangan risau akan ayahmu terbunuh atau dihina”. Manbat al-Azdi berkata, “Siapa anak kecil itu?” Orang-orang berkata, “Ia adalah Zainab anak Rasulullah SAW.” Al-Haitsami berkata, “Dalam hadis ini terdapat Manbats bin Mudrik, aku tidak mengenalnya, tapi perawi yang lainnya terpercaya.”