China Melarang dengan Paksa Perawat Muslim untuk Puasa Ramadhan : Bentuk Lain Ketakutan Rezim Totaliter Cina terhadap Kebangkitan Islam yang tak Terbendung

Rumah Sakit Ghulja di Yining, sebuah kota di provinsi Turkistan Timur, Xinjiang, telah menginstruksikan dengan paksa setiap perawat Muslim untuk tidak berpuasa selama bulan suci Ramadhan. Larangan itu menjadikan alasan puasa akan dapat mempengaruhi semangat kerja dan kehidupan, Wordbulletin dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan, Jumat 6 Juni lalu.

Media setempat Sina Weibo, juga melaporkan, dinas  kesehatan lokal telah membuat permintaan hanya tiga minggu sebelum datangnya Ramadhan yang diperkirakan dimulai pada 28 Juni mendatang. Staf dan karyawan Muslim itu juga dipaksa untuk menandatangani perjanjian kepatuhan dalam “buku tanggung jawab”. Sina Weibo juga memuat foto-foto yang menggambarkan latar belakang etnis minoritas, anggota staf rumah sakit, perawat terutama perempuan, duduk di depan dua meja besar dengan tangan terlipat, menunggu giliran untuk menandatangani perjanjian itu.

Comment:

Pemerintah totaliter Cina selama ini selalu mangawasi dan membatasi Muslim Uighur untuk berpuasa Ramadhan dan itu terjadi setiap tahun. Berbagai alasan palsu seperti kesehatan dan penurunan kinerja dipakai sebagai kedok untuk menutupi ketakutan mereka terhadap menguatnya  Aqidah Islam melalui praktek ibadah puasa Ramadhan. Pada tahun lalu di beberapa desa, siswa-siswi Muslim dipaksa makan siang ketika sedang berpuasa. Di tempat lain bahkan militer menyatroni rumah-rumah Muslim dan memaksa mereka makan siang. Sungguh penindasan yang sangat keji!

Sikap psikopat China terhadap Muslim sebenarnya dilandasi oleh pengalaman sejarah ketidakberdayaan mereka menghadapi kekuatan Aqidah Islam. China menyadari betul dahsyatnya kekuatan ideology Islam yang sudah mereka rasakan sejak abad ke 6 M dan begitu cepat mempengaruhi masyarakatnya yang berbondong-bondong masuk Islam. Khilafah Islam di zaman al-Walid bin ‘Abdul Malik menaklukkan wilayah Asia Tengah di bawah panglimanya Qutaibah bin Muslim yang dimulai sejak tahun 86 H/705 M. Pengalaman ini mempunyai dampak politik yang luar biasa yang terukir dalam memori sejarah China, apalagi ketika Qutaibah berhasil menaklukkan kota Kashgar, Bukhara dan Samarkand hingga berhasil menguasai jalur sutera perdagangan di Asia Tengah yang sangat penting bagi Cina dan dunia.

Ketakutan Cina ini akan segera menjadi semakin nyata di era modern ini, karena Khilafah telah di pelupuk mata. Sejarah pun akan kembali berulang, rezim predator Cina akan kembali menghadapi sosok Qutaibah kedua di bawah komando Khilafah Islam untuk yang kedua kalinya, bukan hanya untuk membebaskan kaum Muslim di Turkestan Timur saja tapi juga membebaskan Cina dari kegelapan ideologi buta yang saat ini berkuasa di tanah mereka.

 

{سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَاناً وَمَأْوَاهُمُ النَّارُ وَبِئْسَ مَثْوَى الظَّالِمِينَ}
Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut/gentar (menghadapi orang-orang beriman), disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim” (QS Ali ‘Imraan:151).
 
Ditulis untuk Kantor Media Pusat Hizb ut Tahrir oleh
Fika Komara
Anggota Kantor Media Pusat Hizb ut Tahrir