“…maka barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka” [Ta-Ha (20): 123]

بسم الله الرحمن الرحيم

“SEMPENA 100 TAHUN KEJATUHAN KHILAFAH…AYUH TEGAKKANNYA WAHAI KAUM MUSLIMIN”

UCAPAN 3

﴿فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى﴾

“…maka barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka” [Ta-Ha (20): 123]

Sheikh Saeed Ridwan – Wilayah Jordan

(Terjemahan)

Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam, yang Menghancurkan orang-orang yang sombong dan bongkak, dan Mengurniakan kemenangan kepada orang-orang yang beriman selagi mana mereka menuruti syariat-Nya dan petunjuk Rasul-Nya (saw).

Seratus tahun yang lalu, para kolonialis kuffar mencapai kemenangan besar ke atas kaum Muslimin apabila mereka berjaya meruntuhkan Khilafah, yang tidak mungkin berlaku tanpa pengkhianatan sekelompok pengkhianat dari kalangan orang-orang Arab dan Turki.

Dengan runtuhnya Khilafah, negeri-negeri kaum Muslimin telah dijajah, dan dalam tempoh 100 tahun, kaum Muslimin telah menjadi mangsa peperangan demi peperangan, mangsa pembunuhan beramai-ramai dan pembersihan etnik, kehancuran bandar-bandar dan kampung-kampung, kehilangan orang-orang tersayang dan kemusnahan harta benda, akibat kekejaman peperangan yang langsung tiada nilai moral dan kemanusiaan.

Mereka (kaum Muslimin) juga berdepan dengan perang pemikiran yang dahsyat, yang bertujuan memisahkan mereka daripada Deen (agama) mereka, serta menghalang kebangkitan mereka dalam mengembalikan Khilafah Islamiyyah.

Dengan hancurnya Khilafah, syariat Allah telah diperkotak-katikkan, bumi kaum Muslimin terpecah-belah menjadi entiti-entiti yang lemah dan sebilah belati yang beracun tertusuk di hati umat, yang menghalang penyatuan dan kebangkitan mereka. Negara mereka menjadi mata tombak dan alat tunggangan yang hina oleh para kolonialis kuffar dalam agenda perang mereka terhadap Islam dan kaum Muslimin.

Dengan ketiadaan Khilafah, umat kehilangan pemimpin mereka, perisai yang dengannya mereka berlindung dan di belakangnya mereka berperang, dan ini mengundang serangan oleh pelbagai negara ke atas umat Islam dan hanya segelintir yang mampu melawan. Oleh yang demikian, kaum Muslimin terus hidup dalam penghinaan dan diperkotak-katikkan serta dizalimi dalam banyak aspek.

Seandainya tanpa kasih sayang Allah (swt) dan keimanan yang mendalam dalam kalangan Muslim, umat Islam telah lama hancur dan menjadi sejarah.

Umat ini telah menangkis serangan musuh-musuhnya dengan keimanan yang menjadi rahsia kehidupan dan sumber kekuatannya, dan ia akan kembali menjadi umat (dan negara) terbaik yang dibangkitkan untuk manusia, selagi mana mereka benar-benar beriman dan menegakkan semula Khilafah, dan saatnya sudah semakin hampir, Insya Allah.

Wahai kaum Muslimin! Kebangkitan semula Khilafah adalah isu akidah yang dengannya Islam akan gemilang dan agama Allah ini akan ditempatkan ke tempat yang tertinggi mengatasi agama lainnya. Dengan Khilafah, Allah akan mempersatukan hamba-hamba-Nya, hukum-hukum-Nya yang mengatur mereka, dan Islam akan disebarkan sebagai sebuah risalah yang penuh petunjuk dan kasih sayang kepada seluruh dunia. Dengan Khilafah, darah, harga diri dan harta akan terpelihara, kesucian Islam akan terjaga daripada kekotoran orang-orang kafir. Manusia, baik Muslim mahu pun bukan, akan hidup di bawahnya dengan aman dan sejahtera.

Wahai kaum Muslimin! Syariah merupakan sebuah peraturan yang penuh hikmah, yang mana seandainya manusia itu beriman kepada Allah dan berhukum dengan hukum-Nya, maka mereka akan beroleh keselamatan, dan kehidupan yang dilimpahi dengan segala kebaikan dan rahmat. Namun sekiranya mereka meninggalkan hukum-hukum Allah (swt) dan mengatur hidup mengikut hawa nafsu mereka, maka Allah (swt) akan menimpakan azab-Nya dan menjadikan mereka hina dan hidup penuh kesengsaraan, dan Dia mengutuskan orang yang zalim untuk menguasai mereka dan menimpakan kecelakaan yang akan membawa kepada kehancuran ke atas mereka sendiri, dan di sisi Allah, azab yang penuh kehinaan dan penyesalan menanti mereka.

Firman Allah Yang Maha Benar:

﴿وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ﴾

“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkatan dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami seksa mereka disebabkan perbuatan mereka” [Al-A’raf (7): 96].

Allah (swt) berfirman:

﴿فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى * وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى﴾

“Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta” [Ta-Ha (20): 123-124].

Firman-Nya:

﴿فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً * يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُم مِّدْرَاراً * وَيُمْدِدْكُم بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَاراً﴾

“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, nescaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai”  [Nuh (71): 10-12].

Firman-Nya lagi:

﴿وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنجِيلَ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْهِم مِّن رَّبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِن فَوْقِهِمْ وَمِن تَحْتِ أَرْجُلِهِم﴾

“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhan mereka, nescaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka” [Al-Ma’idah (5): 66]

Junjungan besar Nabi Muhammad (saw) bersabda:

«إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ»

“Apabila kalian telah berjual-beli ‘inah, mengambil ekor sapi dan redha dengan pertanian serta meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kalian kerendahan (kehinaan). Allah tidak akan mencabutnya dari kalian hingga kalian kembali kepada agama kalian” [HR Abu Daud].

Wahai kaum Muslimin! Kembalinya Khilafah yang akan memandu manusia ke arah mengabdikan diri kepada Allah, yang Menciptakan alam semesta, manusia dan kehidupan adalah isu akidah yang menjadi teras kepada keimanan dalam Islam, kerana dengannya sahajalah akan tertegaknya hukum Allah (swt), tersingkirnya undang-undang manusia serta pematuhan sepenuhnya kepada syariah, yang akan menjadi perundangan yang mengikat manusia, yang meletakkan kedaulatan hukum hanya kepada Allah semata-mata. Firman-Nya:

﴿فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجاً مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيماً﴾

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim (pemutus) terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka suatu keberatan pun terhadap keputusan yang engkau berikan, dan mereka menerimanya dengan sepenuhnya” [An-Nisa’ (4): 65].

Allah (swt) berfirman:

﴿وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ﴾

“Dan sesiapa yang tidak berhukum dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah (kerana mengingkarinya), maka mereka itulah orang-orang kafir” [Al-Ma’idah (5): 44].

Dalam hal ini, kebenaran yang hakiki hanya akan dapat ditegakkan dengan tertegaknya Khilafah dengan dibaiatnya seorang Khalifah bagi kaum Muslimin, yang akan menerapkan hukum Allah (swt) dan mengangkat panji jihad sebagai satu kewajipan utama bahkan menjadikannya mahkota di atas kewajipan-kewajipan lain.

Sebagai pencerahan dan pembuktian, kami merujuk beberapa dalil-dalil syarak secara ringkas:

Adapun dalil al-Quran:-

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ﴾

“Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul(Nya) dan kepada ulil-amri dari kalangan kamu” [An-Nisa’ (4): 59]

Adalah mustahil ketaatan diberikan kepada si pelaksana hukum yang tidak wujud, maka kaum Muslimin wajib melantik seorang Khalifah untuk ditaati.

Allah (swt) berfirman:

﴿إِنَّا أَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ وَلَا تَكُن لِّلْخَائِنِينَ خَصِيماً﴾

“Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu (wahai Muhammad) Kitab (Al-Quran) dengan membawa kebenaran, supaya engkau menghukum di antara manusia menurut apa yang Allah telah tunjukkan kepadamu (melalui wahyu-Nya); dan janganlah engkau menjadi pembela bagi orang-orang yang khianat” [An-Nisa’ (4):105]

Adapun dalil as-Sunnah:

Pemerintahan berdasarkan syariah menuntut kepada wujudnya seorang Khalifah. Nabi (saw) bersabda:

«مَن خَلَعَ يَداً مِن طَاعَةٍ، لَقِيَ اللَّهَ يَومَ القِيَامَةِ لا حُجَّةَ له، وَمَن مَاتَ وَليسَ في عُنُقِهِ بَيْعَةٌ، مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً»

“Barangsiapa melepaskan tangannya dari ketaatan kepada Allah, nescaya dia akan menemui Allah di Hari Kiamat dengan tanpa hujah. Dan barangsiapa mati sedangkan di lehernya tidak ada bai’ah (kepada Khalifah) maka dia mati seperti mati jahiliah” [HR Muslim].

Nabi (saw) bersabda:

«كانَتْ بَنُو إسْرائِيلَ تَسُوسُهُمُ الأنْبِياءُ، كُلَّما هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ، وإنَّه لا نَبِيَّ بَعْدِي، وسَيَكونُ خُلَفاءُ فَيَكْثُرُونَ» قالوا: فَما تَأْمُرُنا؟ قالَ: «فُوا ببَيْعَةِ الأوَّلِ فالأوَّلِ، أعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ، فإنَّ اللَّهَ سائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعاهُمْ»

“Dahulu Bani Israel dipimpin oleh para Nabi, setiap kali seorang Nabi meninggal, maka diganti oleh Nabi yang lain, dan sesungguhnya tidak akan ada Nabi sesudahku, (tetapi) nanti akan ada ramai Khalifah.’ Para sahabat bertanya, ‘Apa yang engkau perintahkan kepada kami?’ Baginda menjawab ‘Penuhilah bai’ah yang pertama dan yang pertama itu sahaja. Dan tunaikanlah hak mereka, sebab Allah akan meminta pertanggungjawaban mereka atas apa yang mereka pimpin’” [Muttafaqun ‘alaih].

Dan itu adalah penjelasan daripada Rasulullah (saw) bahawa selepas kewafatan baginda nanti, akan ada para Khalifah yang wajib dibaiah dan wajib pula (ke atas kaum Muslimin) untuk sekali gus memenuhi kewajipan melantiknya. Nabi (saw) bersabda:

«إِذَا خَرَجَ ثَلَاثَةٌ فِي سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوا أَحَدَهُم»

“Apabila tiga orang keluar safar, maka lantiklah salah seorang menjadi ketua” [HR Abu Daud].

Apatah lagi melantik seorang Khalifah, yakni ketua kaum Muslimin yang akan menjaga kaum Muslimin, dan yang akan memerintah berdasarkan hukum Allah (swt), merupakan tugas yang paling penting dan amat besar keutamaannya berbanding melantik seorang ketua dalam safar (perjalanan).

Nabi (saw) bersabda:

«إِذَا بُويِعَ لِخَلِيفَتَيْنِ فَاقْتُلُوا الْآخَرَ مِنْهُمَا»

“Jika dibai’ah dua orang Khalifah, maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya.” [HR Muslim]

Ini menunjukkan:

Pertama: Kewajipan menjaga kesatuan ummah, sehingga hukum syarak membenarkan dibunuh Khalifah kedua yang dilantik, jika sebelumnya telah dilantik seorang Khalifah, yang pada asalnya nyawanya dilindungi, demi menjaga kesatuan umat.

Kedua: Hanya Khalifah sahajalah, yang telah dibaiah, yang akan memerintah berpandukan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah (saw).

Ketiga: Perintah agar dibunuhnya Khalifah kedua yang dibai’ah yang mungkin diikuti oleh para pengikutnya yang menyokongnya dan yang memberi bai’ah kepadanya tersebut, menunjukkan kewajipan untuk mengangkat seorang Khalifah dan menunjukkan kewajipan menjaga kesatuan Khilafah.

Adapun dalil Ijma’ as-Sahabat:

Sebagai dalil daripada Ijma’ Sahabat, seperti yang diperintahkan oleh Umar al-Khattab (ra) untuk memberikan masa tiga hari kepada ahli syura untuk memberikan bai’ah mereka kepada seorang Khalifah dan membunuh para penghalangnya selepas tiga hari tersebut, yang mana hal ini didengari oleh para Sahabat dan mereka bersepakat bahawa satu keharaman sekiranya umat Islam berada dalam keadaan tidak ada Khalifah lebih dari tiga hari.

Adapun berdasarkan kaedah fiqh:

Tambahan lagi, mengikut kaedah fiqh yang menyatakan:

“ما لا يتم الواجب إلا به فهو واجب”

“Setiap perkara yang membawa kepada kewajipan maka perkara itu juga wajib”

maka menjadi satu kewajipan untuk melantik seorang khalifah, yang tanpanya, hukum syarak tidak dapat dilaksanakan.

Maka kami menyimpulkan berdasarkan perkataan Khalifah kaum Muslimin, Umar al-Faruq (ra) yang menyatakan:

“إنه لا إسلام إلا بجماعة ولا جماعة إلا بإمارة ولا إمارة إلا بطاعة، فمن سوده قومه على الفقه كان حياة له ولهم، ومن سوده قومه على غير فقه كان هلاكا له ولهم”

“Tiada Islam tanpa jamaah, dan tiada jamaah tanpa kepimpinan, dan tiada kepimpinan tanpa ketaatan. Barangsiapa yang diangkat menjadi pemimpin oleh kaumnya berdasarkan kefaqihannya maka itu adalah penghidupan baginya dan bagi kaumnya, dan barangsiapa yang diangkat menjadi pemimpin oleh kaumnya tidak berdasarkan kefaqihannya, maka itu adalah kehancuran baginya dan bagi kaumnya”

Wahai kaum Muslimin! Para penjajah kuffar dan agen-agen mereka telah menanamkan di dalam minda kaum Muslimin bahawa mereka (kaum Muslimin) adalah lemah dan kekuatan material mereka tidak mampu untuk menegakkan Khilafah dan tidak mampu untuk berhadapan dengan musuh-musuh mereka, dan negeri-negeri mereka yang terpecah-belah dengan para penguasa mereka yang sangat korup ke atas rakyatnya, menjadikan mereka tidak layak untuk menegakkan Khilafah. Ini adalah suatu penipuan terhadap kaum Muslimin, bagi menyebarkan rasa lemah dan putus asa di tengah-tengah mereka dan menghalang mereka daripada melakukan kewajipan yang penting ini. Penipuan yang menyebabkan mereka lupa akan firman-firman Allah (swt):

﴿كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ﴾

“Berapa banyak (yang pernah terjadi), golongan yang sedikit berjaya menewaskan golongan yang banyak dengan izin Allah; dan Allah (sentiasa) bersama-sama orang-orang yang sabar” [Al-Baqarah (2): 249].

﴿وَكَانَ حَقّاً عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ﴾

 “Dan sememangnya menjadi tanggungjawab Kami menolong orang-orang yang beriman” [Ar-Ruum (30): 47].

﴿إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ﴾

 “Sesungguhnya Kami menolong Rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)” [Ghaafir (40): 51].

Ia menjadikan mereka lupa akan janji Allah yang akan memberikan mereka kekuasaan, sedangkan Dia Yang Mulia dan Maha Penentu telah berfirman:

﴿وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً﴾

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang soleh bahawa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diredhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan suatu apa pun dengan-Ku.” [An-Nuur (24): 55]

Ia menjadikan mereka lupa akan janji Nabi (saw) yang mana Khilafah Rasyidah akan bangkit selepas pemerintahan mulkan jabariyyatan (pemerintah yang menggigit) yakni para penguasa yang memaksa rakyatnya, dengan pembunuhan dan penyeksaan, penuh dengan kekerasan. Baginda (saw) bersabda:

«ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ. ثُمَّ سَكَتَ»

“Kemudian akan ada pemerintahan menggigit (diktator) dan ia ada selama mana Allah menghendakinya ada. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Dia berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti jalan kenabian. Kemudian Nabi (saw) diam” [HR Ahmad].

Sesungguhnya, persediaan material adalah perlu dalam ruang lingkup usaha dan kemampuan kita. Apa pun perlu diingat bahawa sebab-sebab kemenangan kita merupakan hak mutlak Allah (swt). Dia berfirman:

﴿وَمَا النَّصْرُ إِلا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ﴾

“Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” [Ali Imran (3): 126].

Dan kekuasaan material tidak akan membawa kemenangan sekiranya Tuhan Yang Maha Menciptakan segala sesuatu meninggalkan kita. Maka, berusaha mencapai redha Allah adalah perkara utama dan terpenting, lalu diikuti dengan persediaan berdasarkan kemampuan kita. Dan kalian, kaum Muslimin, mampu melakukannya, selagi mana kalian berpegang pada tali Allah dan mencari keredhaan-Nya. Kalian adalah umat yang mulia, kalian adalah Ummat al-Wasat (umat yang adil), umat yang terbaik yang dikeluarkan untuk manusia. Maka, yakinlah kepada Allah (swt) dan dokonglah Deen ini dan berusahalah menegakkan Khilafah di atas jalan kenabian, nescaya Allah (swt) akan membantu kalian dan meneguhkan kaki-kaki kalian, dan Allah (swt) akan bersama-sama kalian dan Dia menyediakan balasan yang terbaik atas usaha kalian.

Sebagai penutup, hendaklah kita sentiasa memuji Allah (swt), Tuhan sekalian alam, dan berselawat ke atas junjungan kita Penghulu segala Rasul, pemimpin kita Muhammad (saw), ahli keluarga baginda dan para Sahabat dan mereka yang mengikuti jalan-Nya dan dipimpin oleh Petunjuk-Nya sehingga Hari Pengadilan.

أقيموا_الخلافة#

#TegakkanKhilafah

#EstablishTheKhilafah